Kamis, 14 Oktober 2010

Mampukah Guru Lebih Berkualitas dan Menjadi Pilihan Profesi?

Sejenak apa yang terlintas dalam pemikiran tentang profesi guru? Bagaimana karakter yang harus dimiliki seorang guru? Bagaimana kesejahteraan guru di Indonesia saat ini? Mengapa guru selalu menjadi second opinion dari pemilihan profesi? Siapa sebenarnya guru, sebagai pencipta ilmuwan, professional muda atau hanya menghasilkan pegawai biasa saja?

Beberapa pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan mendasar, sebagai pemilihan profesi guru. Guru merupakan pendidik atau pengajar yang memiliki tanggung jawab dalam segi moril. Bahkan tanggung jawab guru termasuk sebagai pengemban dari UUD 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarahnya guru dan sistem pendidikan Indonesia, pernah menggapai masa keemasannya. Negeri tempat asal minyak Petronas, sempat belajar di Indonesia. Bedanya saat ini Petronas mampu menjadi perusahaan minyak dalam 5 besar dunia, sedangkan Pertamina tidak masuk dalam peringkat tersebut. Ada apa dengan hasil lulusan atau SDM Indonesia?

Sertifikasi Guru Mampukah Menjadi Penyeleksian Kualitas

Kebijakan pendidikan nasional yang saat ini sedang ramai diperbincangkan salah satunya adalah sertifikasi guru. Terlepas dari penyimpangan dari segi praktek dan hal negatif lainnya. Dilihat dari segi kebijakannya, hal ini merupakan hal positif dari Bambang Sudibyo. Dengan tujuan sebagai upaya peningkatan mutu pendidik, pada akhirnya berimpas pada para pendidik di Indonesia.

Problematik selama ini, pemerintah hanya memfokuskan pada peningkatan dan kemandirian suatu sekolah/universitas. Atau, pada raihan peserta olimpiade yang secara khusus dilatih agar mampu menghasilkan medali. Seandainya saja semua sekolah di Indonesia, guru yang ada merupakan pencetak kualitas terbaik. Mungkin dalam 20 tahun mendatang, negeri ini akan diisi oleh kualitas unggul terbaik.

Guru berkualitas lambat laun tidak dapat ditawar lagi. Pengusahaan sertifikasi guru untuk peningkatan mutu pendidik, kadang tidak dibarengi usaha yang dilakukan. Seringkali untuk peningkatan kompetensi, asal saja mengikuti seminar asalkan mendapat sertifikat. Dalam sebuah seminar kelayakannya kadang juga patut dipertanyakan, terlebih dengan pengumpulan seminar tentunya hal tersebut bukan merupakan inti. Sasaran peningkatan mutu pendidik, seperti pendidik mampu penggunaan teknologi berbasis Information Communication Technology (ICT), penggunaan multimedia dalam mengajar, ataupun hal lain yang menjadi keunggulan guru. Tentunya agar guru dan siswa mampu menjadi kreatif dan handal.

Bila tahap peningkatan kualitas dengan sertifikasi guru hampir selesai dijalankan,sempat tertimbul dalam benak pemikiran. Beranikah pemerintah menyeleksi secara ketat guru berkualitas? Walaupun secara gambaran nyata, masih banyak guru yang mengajar lebih dari satu bidang studi. Malah dengan ironisnya hal tersebut bukan merupakan keunggulan dari guru pendidik tersebut. Bagaimana dengan anak didiknya? Mungkin saatnya dicari pemecahannya! Bila guru berkualitas diperhatikan dengan kesejahteraan baik. Ayo unjuk diri,siapa yang mau jadi guru?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar