Sebuah perpustakaan tentunya harus menyediakan informasi dan ide secara fungsional, dan berbasis pada pengetahuan dan informasi. Tidak terlepas perpustakaan sekolah. Misi perpustakaan tersendiri, adalah menciptakan perpustakaan efektif dalam berbagai format dan media. Serta berhubungan dengan jaringan perpustakaan dan informasi yang lebih luas sesuai dengan manifesto Perpustakaan Umum yang dikeluarkan oleh UNESCO.
Dalam American Library Association (ALA)-1989, menyimpulkan: “Information literate people are those who have learned how to learn. They know how to learn because they know how knowledge is organized, how to find information ,and how to use information in such a way that others can learn for them. They are people prepared for lifelong learning, because they can always find the information needed for any task or decision at hand.” (Buku Literasi Informasi: Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah)
Laporan ALA tersebut menekankan pentingnya informasi dalam proses belajar, meniti karier, melakukan bisnis, dan menjalani hidup sebagai warga negara. Selain itu ditunjukkan pula bagaimana literasi informasi berjalan selaras dengan reformasi pendidikan, yang bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah atas. Namun bagaimana realita perpustakaan di sekolah?
Mungkin perlu kelegaan dan pengakuan, bahwa belum semua sekolah di Indonesia memiliki perpustakaan yang memadai. Terlebih untuk melaksanakan program keberinformasian. Bahkan menurut data perpustakaan nasional RI tahun 2007, mengenai ketersediaan perpustakaan di SD menurut propinsi. DI Yogyakarta memiliki perpustakaan tertinggi (Kabupaten Kotawaringin Barat (91,57%)). Di sisi lain presentase terendah adalah Maluku Utara (Kabupaten Halmahera Selatan (0,40%)), dan DKI Jakarta sebagai Ibu Kota berada di urutan ketiga dibawah Jawa Tengah.
Sumber Daya Manusia
Berbicara perpustakaan tentu tidak saja ‘melulu’ mengenai prasarana dan sarana, tetapi juga harus melihat dari sumber daya manusia yang dimiliki. Kembali berbicara data perpustakaan nasional RI, menyatakan Sekolah Dasar (SD) Negeri DKI Jakarta tidak satupun memiliki petugas berpendidikan formal dalam bidang perpustakaan. Bahkan pada tingkatan SMP Negeri, pengelola/pustakawanan tidak memiliki kemampuan dan keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola perpustakaan. Karena tugas dan fungsi perpustakaan tidak hanya sebagai tempat peminjaman/’rental’ buku.
Dari hal tersebut, tentunya diharapkan kesadaran akan perlunya tenaga pustakawan untuk mengelola perpustakaan. Sehingga pada sasarannya akhirnya siswa/i, akan menjadi lebih kritis dan kreatif dalam menyikapi problem ilmu pengetahuan. Perpustakaan juga menjadi literasi yang mendukung proses pembelajaran dalam kurikulum. Dari hal tersebut, perlukah perpustakaan ada di sekolah kita? Seberapa pentingkah ada perpustakaan sekolah? Bila ada, apakah fungsi dari perpustakaan tersebut? Sebagai pusat peminjaman buku dan aksesoris semata, atau penunjang dari proses pembelajaran? Jangan-jangan guru dan sekolah, mengalami ‘insomnia’ siswa/i lebih kreatif dan kritis (karena pengetahuan lebih dari membaca)? Ehm... saatnya berefleksi bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar