Rabu, 13 Oktober 2010

MATEMATIKA DENGAN ”MOMOK” MENYERAMKAN

”Nak, ini uang saku kamu dalam sehari. Setengahnya untuk makan, setengahnya untuk bayar uang kas kelas yah?” Ini adalah bentuk sederhana matematika dalam hal yang sederhana. Matematika merupakan sesuatu hal yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan. Dimulai dari seorang anak belum bersekolah atau ikutan pergi berbelanja bersama orang tua, belajar berhitung dan mulai asyik mengerjakan soal suatu bakat dan talenta matematika akan keliatan secara sendirinya.Dari kehidupan masa kecil itulah seorang anak biasa diperkenalkan matematika oleh orang tua atau orang yang lebih dewasa dengan cara berhitung biasa, memakai sempoa, perkalian dengan menggunakan 2 tangan dengan jarinya untuk mendapatkan hasil dari perkalian diatas angka 5 dan dibawah angka 10, memakai turus dalam suatu penjumlahan, serta masih banyak cara lain dalam memperkenalkan matematika dasar yang nantinya akan lebih berkembang dan dikembangkan dalam segala bentuk.

Matematika selain berlaku dalam kehidupan sehari-hari, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang manjadi pokok dalam kurikulum sekolah. Dalam evaluasi hasil belajar siswa, Matematika juga diujikan pada UAN yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk SD,SMP,STM,SMK dan SMU jurusan IPA. Selain itu Matematika di berbagai negara manapun memakai logika dan berlaku sama, berbeda dengan Ekonomi karena kebijakan ekonomi di berbagai negara berbeda-beda dengan kondisi yang ada dan hanya berlaku pada teori yang ada.

Matematika menurut Ibu Dra. Kumalasari Maria Emanuel sebagai salah satu guru yang mampu melahirkan juara olimpiade, nasional Matematika di SMUK 1 BPK Penabur dan pernah mengajar di SMU Sedes Sapintae di kota Semarang, matematika merupakan salah satu bentuk keseimbangan antara otak kiri dengan otak kanan. Karena matematika merupakan Logical Thinking yang membutuhkan kekreatifan seorang siswa dalam menangapi suatu soal dan kemampuan mengerjakan soal yang ada. Bukan sebagai pelarian atas murid yang tidak senang karena hafalan. Karena ada ungkapan siswa/i yang mengambil jurusan IPA adalah orang-orang yang tidak bisa atau malas untuk menghafal. Dalam perjalanan menapaki pendidikan dari TK sampai SMU/SMK/STM seorang siswa seharusnya bisa melihat dimana kemampuan dirinya, apakah dibidang seni, musik atau lebih mampu dalam menghafal sesuatu hal. Dari hal tersebut akan terlihat otak mana yang lebih berkembang dalam diri seorang anak. Siswa/i tidak bisa dipaksakan dalam memahami pelajaran matematika yang ada, siswa/i harus diajak untuk enjoy dalam mengerjakan suatu soal yang ada dalam bentuk studi kasus atau soal yang disajikan. Sehingga diharapkan adanya kreatifitas dalam memecahkan soal dari siswa sendiri, dan tidak harus baku dengan cara yang disajikan oleh guru pengajar. Karena dengan cara yang berbeda baik didapat dari siswa sendiri maupun cara lain seperti Guru les, siswa akan bisa terlihat lebih mudah mengerjakan soal.

Dilihat dari sudut pandang sebagai pengajar, Ibu Kumala mengatakan dalam matematika titik pengajar sebagai contoh untuk anak yang diajar sangatlah penting. Bagaimana seorang guru mampu mengajar dalam bentuk yang menyenangkan bagi siswa/i –nya? (dilihat tempat dan keadaan tempat mereka mengajar). Bagaimana Guru mampu menjadi motivator dan teladan bagi siswa/i baik dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) maupun kegiatan diluar KBM. Serta mampu menghargai usaha dan jerih payah dari siswa/i dalam mengerjakan soal yang diberikan (Berapa langkah siswa/i mampu mengerjakan soal yang ada) dengan melihat cara menjawab yang dilakukan oleh siswa/i tersebut ataupun dengan cara membagikan hasil ulangan tepat waktu dengan membahasnya sehingga mampu menjadi proses evaluasi bersama hasil belajar siswa. Seringkali pengajar dalam hal ini Guru memvonis jawaban dengan mengatakan cara yang dilakukan siswa/i -nya salah karena tidak sesuai dengan cara yang ada dalam buku atau yang diberikan pada saat guru itu mengajar. Lalu mengatakan anak muridnya tidak mampu dalam mengerjakan matematika tersebut, sehingga hal tersebut mematikan usaha dari siswa/i tersebut padahal kreatifitas mereka atau cara singkat mereka dalam mengerjakan suatu soal sudah keluar. Vonis seperti ini sering diungkapkan oleh pengajar sehingga kadang mematikan kemampuan dari seorang siswa. Bagaimana bisa seorang anak tertarik dan bisa mengerjakan matematika bila selalu dikatakan demikian? Seorang pengajar bila memberikan soal biasanya dibuat dalam 3 tingkatan soal (Intermediated, Beginner, Advanced) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan menjawab soal dari anak tersebut. Sehingga seorang Guru harus bisa memecahkan persoalan bagaimana siswa/i –nya mampu mengerti bagaimana memecahkan soal dan mereka merasa enjoy dengan mata pelajaran tersebut,termasuk uji coba dari beberapa soal yang ada.

Mengapa orang tertarik dengan Matematika, padahal matematika selalu identik dengan mata pelajaran yang selalu membuat pusing apalagi setelah ujian? Menurut Cyrilla alumnus mahasiwa UNPAD jurusan Matematika, Matematika merupakan pelajaran yang memakai logika dan bila kita sudah mengerti asal usul rumus kita akan dapat paham mengenai suatu logika. Ada juga pendapat dari Lia (Mahasiswa atmajaya angkatan 2003) dan Olivia (siswa SMU Sang Timur) yang berperinsip bahwa matematika merupakan ilmu pasti seperti pada soal yang hanya memiliki satu jawaban saja walaupun dengan beberapa cara. Mungkin itulah pendapat tentang Matematika, tanpa disadari dengan sendirinya. Mata pelajaran ini sangat sering diketemui dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam ketertarikan dengan mata pelajaran matematika, sekolah punya trik sendiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa/i – nya. Seperti di sekolah SMAK 1 BPK Penabur yang mampu melahirkan juara – juara tingkat Nasional, Asia Pasifik,maupun tingkat Dunia, punya trik tersendiri untuk meningkatkan kualitas siswa/i –nya seperti pada proses KBM seorang siswa akan dituntut kerajinannya dalam menjalankan tugas, maupun mengerjakan ulangan yang ada. Bahkan menurut Kepala Sekolah mata pelajaran MIPA dalam hal ini termasuk juga dengan mata pelajaran Matematika diajarkan dengan menggunakan bahasa Inggris dengan porsi 30%. Selain itu dengan fasilitas LCD di tiap kelas mereka menggunakan pendekatan mata pelajaran Matematika dengan visual yang ditampilkan pada tiap kelas. Selain itu mereka punya kegiatan ekstra kurikuler Science Club yang dikepalai langsung oleh Guru SMAK 1 BPK Penabur dan diikuti juga oleh sekolah yang berada di bawah Yayasan BPK Penabur yang berjumlah 7 sekolah. Selain itu juga keaktifan dengan dukungan sekolah dalam keikutsertaan siswa/i berlomba dalam kompetisi baik lokal maupun internasional. Lalu bagaimana dengan kita menanggapi dan mengkritisi Matematika? Apakah matematika masih menjadi pelajaran yang menyeramkan? Ehm... mungkin saatnya insan pendidikan terus berproses belajar Quo Vadis .

1 komentar:

  1. Semoga semakin guru seperti banyak Dra. Kumala Maria E. sehingga siswa menjadi jatuh cinta dengan matematika.

    BalasHapus